Sabtu, 28 November 2015

Pendidikan Seorang Muslim



Bagi seorang muslim yang bergaya hidup Barat, kata Pendidikan Islam dalam pikirannya bermakna buku-buku teks yang diberikan pada anak didik yang mengandung ayat-ayat Al-Qur'an, Hadits, siroh, maupun fiqih. Dengan buku tersebut diharapkan dapat tercapai tujuan Pendidikan Islam. Namun perlu dicatat, bahwa dengan buku teks tidak akan menjamin terealisasinya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Butuh sederetan proses panjang, yang terpenting adalah interaksi antara guru dan murid. Seperti yang dikatakan Cremin dan Borrowman "Tidak ada sekolah yang lebih baik daripada guru dan tidak pula ditemukan kurikulum lebih hebat dari guru yang melakukan proses pendidikan." Jadi tidak berlebihan bila dikatakan bahwa guru adalah tonggak utama dari proses pendidikan.

Satu abad yang lalu, gambaran Pendidikan Islam dalam benak seorang muslim sama dengan gambaran para ahli pendidikan dengan penambahan ciri keIslaman.
Rifa'ah Rafi' Ath Thahthawi mendefinisikan Pendidikan sebagai usaha mengembangkan jasmani dan jiwa anak didik semenjak lahir sampai tua dengan pengetahuan agama dan dunia. Meski pendapatnya bukanlah yang paling baik namun perlu mendapat penghargaan dalam menghadapi invasi pemikiran Barat yang berusaha menghapus kepribadian muslim. Pendapatnya dalam masalah pendidikan Islam jauh lebih baik dari pendapat-pendapat yang beredar di dunia Islam saat ini, yang memandang Pendidikan Islam dalam kerangka sempit.

Berikutnya dalam situasi yang sama yakni invasi terhadap dunia Islam, Imam Muhammad Abduh berpendapat bahwa budaya yang paling buruk bagi dunia Islam terdapat dalam diri ummat Islam sendiri. Setelah terpaku dalam peninggalan-peninggalan budaya pendahulu mereka baik dalam bidang bahasa maupun pemikiran agama. Mereka juga telah mengucilkan Islam dari jiwa kontemporer.


Pemahaman ummat Islam pada abad-abad lalu lebih jelas dan lebih dekat kepada jiwa pendidikan sebagai sebuah ilmu daripada pemahaman ummat Islam terhadap Pendidikan Islam saat ini. Ini membuktikan bahwa perang Salib terhadap dunia Islam telah memberikan hasil dan telah mencapai tujuannya dalam melakukan invasi terhadap ummat Islam dari dalam setelah mereka gagal melakukan penyerangan.

Apa yang terjadi dalam lapangan pendidikan Islam ini bukanlah keterbelakangan di bidang agama yang membuat ummat Islam terkubur dalam dosa, tetapi pencerminan dari keterbelakangan dalam bidang ilmu pendidikan. hal ini menunjukkan ketidakfahaman terhadap pendidikan sebagai sebuah ilmu dan spesialisasi.


Pendidikan Islam pada dasarnya adalah "ta'limu zati" yakni mendidik diri-sendiri atau otodidak. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Alaq ayat 1-5, yang bertujuan menyiapkan manusia-manusia shalih yang memenuhi syarat kepemimpinan.

Dalam bidang pendidikan terjadi pengadopsian terhadap sistem, pemikiran, ilmu, teknologi, di samping penemuan-penemuan ilmiah lainnya. Dikhotomi dalam pendidikan terjadi dalam administrasi pendidikan, penyiapan guru, kurikulum, metode dan hal-hal lain yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal yang diadopsi dari Barat.
Dalam pendidikan non formal, seperti surat kabar, majalah, televisi, dan seni ini lebih buruk lagi. Karena merupakan bagian dari westernisasi yang kita rancang sendiri dengan asumsi bahwa hal itu akan membawa kemajuan.

Pendidikan Islam yang kita inginkan adalah yang ideal dan sebagaimana seharusnya, yang tujuan dan dasar-dasarnya berdasarkan pada ruh Islam yang dituangkan Allah dalam Al-Qur'an dan dicontohkan Rasul dalam hadits.


Pendidikan tidak tumbuh secara mutlak, tapi ia sesuatu yang terbatas sebagai sebuah sistem yang menyiapkan manusia untuk hidup dalam masyarakat tertentu, di tempat dan waktu tertentu pula.
Tujuan ini berdasarkan realita masyarakat dan lingkungan yang mengitarinya, juga berdasarkan kepada nilai yang bersumber dari agama dan kebudayaan. Pandangan Islam dalam semua hal itu berbeda dengan pandangan agama, filsafat dan idiologi lainnya. Masyarakat Islam mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan lain. Semua itu secara tidak langsung berpengaruh pada teori pendidikan Islam dan terhadap penerapan teori itu.

Konsekuensi ini menjadikan dunia Islam saat ini berada dalam bahaya serangan aliran-aliran asing yang merusak dan adanya invasi akidah sebagai akibat kekosongan hati ummat Islam.

Maka kita dihadapkan pada pilihan: Apakah kita akan dapat mempertahankan wujud kita atau eksistensi kita akan lenyap.
Yang perlu diingat adalah eksistensi hanya akan muncul bila kita kembali pada peninggalan kita, pada rahasia kekuatan dan kemmpuan kita untuk menghadapi tantangan-tantangan yang banyak tersebut.


Pendidikan Islam merupakan sendi utama peradaban Islam. Maka ketika telah menyimpang dari prinsip-prinsip yang diciptakan Allah dan Rasul-Nya, ummat Islam akan mengalami krisis dan diterpa keterbelakangan di semua aspek kehidupan. Akibat jauhnya dari tuntunan Allah.

Dunia Islam pada saat ini mengalami krisis pendidikan. Lebih dari sekedar ekonomi maupun politik. Hal ini terlihat dari pertambahan jumlah manusia buta huruf, baik buta huruf yang sebenarnya maupun terhadap risalah manusia. Pemerataan pendidikan khususnya di negara-negara berkembang (Islam) digantikan oleh sistem pendidikan sekuler. Hal ini menyebabkan proses pendidikan dan transfer ilmu manusia berkisar pada materi belaka.
Sehingga pendidikan menjadi juz'iy (parsial). Sehingga tidak berperan dalam pembentukan manusia muslim seutuhnya.

Karena sesungguhnya di balik sistem pendidikan import yang tidak Islam terdapat filsafat yang berbeda dengan filsafat Islam, karena ia berasal dari prinsip yang tidak berazaskan Islam. Hal inilah yang membawa pada kemunduran yang diderita oleh dunia Islam setelah mereka bebas dari penjajahan fisik.
Tatkala kita lengah terhadap unsur kebudayaan kita akan berakibat pula terhadap sistem pendidikan. Kegoncangan yang akan ditimbulakan kuat sekali.

Seperti kita ketahui bahwa kebudayaan penjajahan di dunia Islam meruoakan usaha westernisasi yang panjang. Yang telah berpuluh-puluh tahun telah menjadikan kebudayaan barat sebagai bagian dari kebudayaan ummat Islam kontemporer.

Pada waktu yang sama telah menjadi suatu kebutuhan ummat Islam dalam masyarakat internasional kontemporer, baik produk-produk material teknologi maupun produk sistem pendidikan dan gaya hidup sehari-hari.

Tanpa kita sadari, kita terjebak pada arus pendidikan yang telah membudaya tersebut.

Namun logika kita menuntut agar seluruh masalah pendidikan yang ada di dunia Islam pada saat ini perlu dikaji lebih jauh.
Bukanlah seluruh yang ada itu jelek, sebagaimana gambaran banyak orang, dan bukan pula seluruh yang ada di dalamnya merupakan obat dari penyakit keterbelakangan.

Di dalamnya terdapat unsur-unsur yang cocok dengan kita sebagai muslim dan ada pula yang tidak sesuai. Yang penting semua unsur tersebut disusun dan digariskan dari satu sumber, yakni Islam.

Pendekatan Pendidikan Islam berbeda dengan pendekatan lainnya. Karakteristik manusia yang digunakan ummat Islam telah diuraikan dengan jelas oleh Islam. Kita bisa melihatnya dari Al-Qur'an dan Hadits. Oleh sebab itu tidak ada tempat untuk berkhayal dalam bidang ini.
Meskipun ijtihad para ulama sangat luas, terutama dalam bidang metode dan media pendidikan yang dapat kita pergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

Ada dua hal penting sebagai awal pendidikan Islam tersebut berlangsung, yaitu Pendidikan Islam di rumah dan di sekolah.

Tidak ada komentar: