Kelas menulis online IV
MENULISLAH MAKA ANDA AKAN SEHAT DAN INDAH
Oleh : Intan Savitri
“Ikatlah makna dengan menuliskannya” (Ali ibn Thalib)
Menulis adalah ekspresi
verbal manusia selain berbicara. Ketika seseorang terhalang secara
sosial untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran terdalamnya secara
lisan atau dengan berbicara (Pennebaker, 1997), menulis bisa menjadi
pilihan perilaku. Tujuan menulis bisa untuk apa saja, menulis untuk
mengekspresikan diri, menyampaikan gagasan, membantu mengingat, atau
bahkan menulis untuk menyembuhkan. Penelitian tentang menulis dengan
tujuan menyembuhkan (terapi) khususnya menulis ekspresif telah dimulai
dua dekade lalu selain telah digunakan dalam berbagai konteks yang
mengaitkan menulis ekspresif atau naratif dengan kesehatan fisik maupun
jiwa seperti dalam masalah kesehatan-terkait dengan kunjungan ke
dokter (Pennebaker & Beall, 1986; Pennebaker et al, 1988; Pennebaker
& Francis, 1996; King & Miner, 2000), tekanan darah (Davidson
et al, 2002, citing Crow et al), fungsi paru-paru (Smyth et al, 1999),
fungsi hati (Francis & Pennebaker, 1992) dan jumlah opname di rumah
sakit (Norman et al, 2004). Fungsi imun sistem (Pennebaker et al, 1988;
Esterling et al, 1994; Booth et al, 1997; Petrie et al, 1995, 2004).
Selain manfaat kesehatan juga manfaat sosial psikologis seperti
pengukuran obyektif pada nilai rata-rata ujian siswa (Pennebaker &
Francis, 1996; Cameron & Nicholls, 1998), tingkat absensi di tempat
kerja (Francis & Pennebaker, 1992), cepat mendapatkan kembali
pekerjaan setelah kehilangan pekerjaan (Spera et al, 1994), kerja memori
(working memory) (Klein & Boals, 2001) dan meningkatkan penampilan
olahragawan (Scott et al, 2003).
Meskipun keduanya sama-sama
ekspresi verbal, menulis memiliki mekanisme yang berbeda dengan
berbicara. Menulis mendorong otak manusia untuk berpikir secara lebih
terstruktur (Berthoff, 1982), kreatif dan fleksibel (Rose.M., 2010) ,
serta memungkinkan untuk menggunakan lebih banyak berbagai perspektif
yang berbeda, dimana fungsi-fungsi tersebut merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Rose.M., 2010 ; Berthoff,1982; Oles L.F, 2011). Proses
di dalam otak pada saat menulis dianggap berbeda dengan berbicara (Oles
L.F., 2011) di mana di dalamnya terdapat dua hal yang penting
divergent thinking atau berpikir secara berbeda yakni menghasilkan
ide-ide yang diikuti convergent thinking atau berpikir secara
terstruktur, dan berpikir secara kritis (critical thinking) atau
evaluatif.
MENULIS : BERPIKIR TERSTRUKTUR
Pada ada saat
seseorang ingin menulis, maka hal pertama yang terbetik adalah ide.
Setelah itu, maka ia akan menerjemahkan ide tersebut menjadi sebuah
struktur. Dalam KBBI (daring), definisi struktur adalah n 1 cara
sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2 yg disusun dng pola
tertentu; 3 pengaturan unsur atau bagian suatu benda; 4 ketentuan
unsur-unsur dr suatu benda; 5 Ling pengaturan pola dl bahasa secara
sintagmatis. Otak manusia sejak lahir telah diprogram untuk mudah
menerima segala sesuatu yang terpola, disitulah letak tertib berpikir
yang menunjukkan intelejensi atau kecerdasan manusia. Secara kognitif,
kita akan selalu mencari pola, memetakan segala sesuatu dari hal-hal
yang teratur, dan terstruktur.
Berpikir terstruktur adalah salah
satu tanda kesehatan mental manusia. Pada pasien skizophrenic, salah
satu simptom yang ada adalah cara berpikir yang tidak terorganisasi
(dissorganized thinking). Tesis beberapa ahli tentang menulis untuk
terapi telah terbukti bahwa terapi menulis mengurangi kunjungan ke
dokter, jika ternyata penyakit tersebut lebih disebabkan karena
psikosomatis. Maka, tulislah problem Anda dengan terstruktur, maka itu
akan mengurangi beban mental Anda, dan boleh jadi akan mengurangi
penderitaan fisik Anda.
Berpikir terstruktur sering disebut sebagai
berpikir konvergen. Psychology today (2013), menulis bahwa kata
konvergen berasal dari kata “converging” yang berarti datang
bersama-sama. Berpikir konvergen adalah seperti Anda mengerjakan
soal-soal multiple choice meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita
sering hanya melihat dua pilihan (hidup-mati, atas-bawah, kanan-kiri,
depan-belakang dan seterusnya). Berpikir konvergen dimulai ketika Anda
memusatkan diri pada pilihan-pilihan terbatas sebagai
kemungkinan-kemungkinan yang Anda akan pilih. Maka Anda akan memilih
satu dari pilihan-pilihan yang terbatas tersebut.
Misalnya saya
ketika mendapat tema: motivasi menulis. Maka saya berpikir ide terlebih
dahulu, saya memilih ide menulis dan kesehatan. Lalu saya akan
menstrukturkan pilihan-pilihan saya, menulis untuk kesehatan pada sisi
mana saya akan tulis? Saya memilih cara berpikir yang mendasari orang
menulis: berpikir terstruktur, berpikir kreatif dan berpikir kritis.
Ketiga hal tersebut adalah pilihan terbatas saya. Setelah itu, saya akan
mengisi struktur dalam tulisan saya dengan ide-ide baru, demikian
seterusnya.
MENULIS : BERPIKIR KREATIF
Ide adalah hal pertama
yang dipikirkan seorang penulis pada saat ia ingin menulis sebuah topik
atau tema tertentu. Ide seringkali berasal dari proses membaca teks dan
pengalaman konteks yang panjang. Namun, ide senantiasa berasal dari
proses berpikir divergent, proses berpikir yang berbeda. Berpikir
kreatif memiliki pendekatan yang berbeda dengan pendekatan berpikir
konvergen. Berpikir kreatif atau berpikir divergen, membangun arah
yang berbeda, membuka semua kemungkinan. Jika berpikir konvergen hanya
menyediakan lima pilihan (terbatas), maka berpikir divergen akan
mengurai masing-masing pilihan itu dengan pilihan yang lebih banyak
lagi, membuka semua arah dan membuka semua kemungkinan. Berpikir
divergen menyebabkan Anda memiliki banyak pilihan, berpikir konvergen
memaksa Anda menstrukturkan pilihan-pilihan Anda menjadi sebuah pola.
Ide dan struktur adalah tulang punggung sebuah tulisan.
Berpikir
kreatif akan membantu seseorang untuk memosisikan tulisan yang akan
ditulisnya. Misalnya, seorang Marah Rusli, ketika menulis Siti Nurbaya,
di sebuah perusahaan penerbitan yang disebut Balai Pustaka, yang tak
bisa dipungkiri adalah bentukan politik etis Belanda. Mau tak mau harus
hati-hati ketika menuliskan karyanya. Ia berpikir terstruktur ketika
menjadi pegawai Balai Pustaka, tetapi berpikir kreatif pada saat
menyelipkan pesan kepahlawanan Datuk Maringgih yang anti Belanda. Secara
sah Siti sudah dijodohkan dengan sang Datuk, tetapi datang Samsul Bahri
sang kekasih Siti tetap menyambangi kekasihnya. Ide-ide perjuangan
nasionalisme dan anti Belanda dititipkan pada karakter Datuk Maringgih.
Samsul Bahri yang kasihnya tak sampai pada Siti Nurbaya, dititipi
karakter antek Belanda. Bagaimana reaksi pembaca? Apakah pesan
kebangsaan Marah Rusli tersampaikan? Ini adalah sebuah upaya kreatif
menyelipkan ide nasionalisme, pada sebuah novel yang disangkakan sebagai
‘hanya’ novel kasih tak sampai belaka.
MENULIS : BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis tidak selalu berupa kritik. Berpikir krits berarti
berpikir mendalam dalam mengevaluasi tulisan. Hal itu berarti membangun
senjata intelektual untuk memeriksa klaim-klaim dalam sebuah tulisan.
Apakah klaim-klaim yang Anda bangun memiliki dasar berpikir logis?
Apakah memiliki referensi yang cukup dari sisi validitas? Apakah dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan nilai-nilai yang Anda yakini? Ini
adalah cara berpikir saintis (Halpern, 1998).
Berpikir kritis
memiliki berbagai tema diantaranya yang banyak disinggung oleh para ahli
berpikir adalah: 1) menghindari cepat mengambil kesimpulan, 2) Meneliti
asumsi-asumsi, 3). Menghasilkan ide-de baru, 4). Mengevaluasi
bukti-bukti
Maka menulislah! Anda akan lebih mudah menjaga kesehatan mental Anda, dan terlihat indah!