Minggu, 03 Mei 2015

copas

Kelas menulis online IV
MENULISLAH MAKA ANDA AKAN SEHAT DAN INDAH
Oleh : Intan Savitri
“Ikatlah makna dengan menuliskannya” (Ali ibn Thalib)
Menulis adalah ekspresi verbal manusia selain berbicara. Ketika seseorang terhalang secara sosial untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran terdalamnya secara lisan atau dengan berbicara (Pennebaker, 1997), menulis bisa menjadi pilihan perilaku. Tujuan menulis bisa untuk apa saja, menulis untuk mengekspresikan diri, menyampaikan gagasan, membantu mengingat, atau bahkan menulis untuk menyembuhkan. Penelitian tentang menulis dengan tujuan menyembuhkan (terapi) khususnya menulis ekspresif telah dimulai dua dekade lalu selain telah digunakan dalam berbagai konteks yang mengaitkan menulis ekspresif atau naratif dengan kesehatan fisik maupun jiwa seperti dalam masalah kesehatan-terkait dengan kunjungan ke dokter (Pennebaker & Beall, 1986; Pennebaker et al, 1988; Pennebaker & Francis, 1996; King & Miner, 2000), tekanan darah (Davidson et al, 2002, citing Crow et al), fungsi paru-paru (Smyth et al, 1999), fungsi hati (Francis & Pennebaker, 1992) dan jumlah opname di rumah sakit (Norman et al, 2004). Fungsi imun sistem (Pennebaker et al, 1988; Esterling et al, 1994; Booth et al, 1997; Petrie et al, 1995, 2004).
Selain manfaat kesehatan juga manfaat sosial psikologis seperti pengukuran obyektif pada nilai rata-rata ujian siswa (Pennebaker & Francis, 1996; Cameron & Nicholls, 1998), tingkat absensi di tempat kerja (Francis & Pennebaker, 1992), cepat mendapatkan kembali pekerjaan setelah kehilangan pekerjaan (Spera et al, 1994), kerja memori (working memory) (Klein & Boals, 2001) dan meningkatkan penampilan olahragawan (Scott et al, 2003).
Meskipun keduanya sama-sama ekspresi verbal, menulis memiliki mekanisme yang berbeda dengan berbicara. Menulis mendorong otak manusia untuk berpikir secara lebih terstruktur (Berthoff, 1982), kreatif dan fleksibel (Rose.M., 2010) , serta memungkinkan untuk menggunakan lebih banyak berbagai perspektif yang berbeda, dimana fungsi-fungsi tersebut merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Rose.M., 2010 ; Berthoff,1982; Oles L.F, 2011). Proses di dalam otak pada saat menulis dianggap berbeda dengan berbicara (Oles L.F., 2011) di mana di dalamnya terdapat dua hal yang penting divergent thinking atau berpikir secara berbeda yakni menghasilkan ide-ide yang diikuti convergent thinking atau berpikir secara terstruktur, dan berpikir secara kritis (critical thinking) atau evaluatif.
MENULIS : BERPIKIR TERSTRUKTUR
Pada ada saat seseorang ingin menulis, maka hal pertama yang terbetik adalah ide. Setelah itu, maka ia akan menerjemahkan ide tersebut menjadi sebuah struktur. Dalam KBBI (daring), definisi struktur adalah n 1 cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2 yg disusun dng pola tertentu; 3 pengaturan unsur atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur dr suatu benda; 5 Ling pengaturan pola dl bahasa secara sintagmatis. Otak manusia sejak lahir telah diprogram untuk mudah menerima segala sesuatu yang terpola, disitulah letak tertib berpikir yang menunjukkan intelejensi atau kecerdasan manusia. Secara kognitif, kita akan selalu mencari pola, memetakan segala sesuatu dari hal-hal yang teratur, dan terstruktur.
Berpikir terstruktur adalah salah satu tanda kesehatan mental manusia. Pada pasien skizophrenic, salah satu simptom yang ada adalah cara berpikir yang tidak terorganisasi (dissorganized thinking). Tesis beberapa ahli tentang menulis untuk terapi telah terbukti bahwa terapi menulis mengurangi kunjungan ke dokter, jika ternyata penyakit tersebut lebih disebabkan karena psikosomatis. Maka, tulislah problem Anda dengan terstruktur, maka itu akan mengurangi beban mental Anda, dan boleh jadi akan mengurangi penderitaan fisik Anda.
Berpikir terstruktur sering disebut sebagai berpikir konvergen. Psychology today (2013), menulis bahwa kata konvergen berasal dari kata “converging” yang berarti datang bersama-sama. Berpikir konvergen adalah seperti Anda mengerjakan soal-soal multiple choice meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita sering hanya melihat dua pilihan (hidup-mati, atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang dan seterusnya). Berpikir konvergen dimulai ketika Anda memusatkan diri pada pilihan-pilihan terbatas sebagai kemungkinan-kemungkinan yang Anda akan pilih. Maka Anda akan memilih satu dari pilihan-pilihan yang terbatas tersebut.
Misalnya saya ketika mendapat tema: motivasi menulis. Maka saya berpikir ide terlebih dahulu, saya memilih ide menulis dan kesehatan. Lalu saya akan menstrukturkan pilihan-pilihan saya, menulis untuk kesehatan pada sisi mana saya akan tulis? Saya memilih cara berpikir yang mendasari orang menulis: berpikir terstruktur, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Ketiga hal tersebut adalah pilihan terbatas saya. Setelah itu, saya akan mengisi struktur dalam tulisan saya dengan ide-ide baru, demikian seterusnya.
MENULIS : BERPIKIR KREATIF
Ide adalah hal pertama yang dipikirkan seorang penulis pada saat ia ingin menulis sebuah topik atau tema tertentu. Ide seringkali berasal dari proses membaca teks dan pengalaman konteks yang panjang. Namun, ide senantiasa berasal dari proses berpikir divergent, proses berpikir yang berbeda. Berpikir kreatif memiliki pendekatan yang berbeda dengan pendekatan berpikir konvergen. Berpikir kreatif atau berpikir divergen, membangun arah yang berbeda, membuka semua kemungkinan. Jika berpikir konvergen hanya menyediakan lima pilihan (terbatas), maka berpikir divergen akan mengurai masing-masing pilihan itu dengan pilihan yang lebih banyak lagi, membuka semua arah dan membuka semua kemungkinan. Berpikir divergen menyebabkan Anda memiliki banyak pilihan, berpikir konvergen memaksa Anda menstrukturkan pilihan-pilihan Anda menjadi sebuah pola. Ide dan struktur adalah tulang punggung sebuah tulisan.
Berpikir kreatif akan membantu seseorang untuk memosisikan tulisan yang akan ditulisnya. Misalnya, seorang Marah Rusli, ketika menulis Siti Nurbaya, di sebuah perusahaan penerbitan yang disebut Balai Pustaka, yang tak bisa dipungkiri adalah bentukan politik etis Belanda. Mau tak mau harus hati-hati ketika menuliskan karyanya. Ia berpikir terstruktur ketika menjadi pegawai Balai Pustaka, tetapi berpikir kreatif pada saat menyelipkan pesan kepahlawanan Datuk Maringgih yang anti Belanda. Secara sah Siti sudah dijodohkan dengan sang Datuk, tetapi datang Samsul Bahri sang kekasih Siti tetap menyambangi kekasihnya. Ide-ide perjuangan nasionalisme dan anti Belanda dititipkan pada karakter Datuk Maringgih. Samsul Bahri yang kasihnya tak sampai pada Siti Nurbaya, dititipi karakter antek Belanda. Bagaimana reaksi pembaca? Apakah pesan kebangsaan Marah Rusli tersampaikan? Ini adalah sebuah upaya kreatif menyelipkan ide nasionalisme, pada sebuah novel yang disangkakan sebagai ‘hanya’ novel kasih tak sampai belaka.
MENULIS : BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis tidak selalu berupa kritik. Berpikir krits berarti berpikir mendalam dalam mengevaluasi tulisan. Hal itu berarti membangun senjata intelektual untuk memeriksa klaim-klaim dalam sebuah tulisan. Apakah klaim-klaim yang Anda bangun memiliki dasar berpikir logis? Apakah memiliki referensi yang cukup dari sisi validitas? Apakah dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan nilai-nilai yang Anda yakini? Ini adalah cara berpikir saintis (Halpern, 1998).
Berpikir kritis memiliki berbagai tema diantaranya yang banyak disinggung oleh para ahli berpikir adalah: 1) menghindari cepat mengambil kesimpulan, 2) Meneliti asumsi-asumsi, 3). Menghasilkan ide-de baru, 4). Mengevaluasi bukti-bukti
Maka menulislah! Anda akan lebih mudah menjaga kesehatan mental Anda, dan terlihat indah!

Tidak ada komentar: