Kamis, 01 Januari 2009

Catatan Sebuah kematian



Kematian seperti apakah yang kita inginkan?

Setiap mendengar kata kematian, aku langsung teringat kurang lebih tujuh tahun yang lalu, saudara seperjuanganku, seorang akhwat asal Jogja (sebut saja namanya Ami), seorang gadis muslimah yang nyaris sempurna.
Dia baik, pintar, cantik, dan shalihah.
Suatu saat halaqoh kami mengadakan acara kegiatan pelatihan mengurus jenazah atau yang biasa disebut dengan Dauroh Janaiz. Bertempat di sebuah masjid di kawasan gunung Putri Bogor. Kegiatan dimulai dari teori cara memandikan dan mengkafani jenazah, yang disampaikan oleh seorang Ustadzah...(namanya aku lupa, tapi beliau tinggal di daerah mampang Jakarta).
Pada waktu saat praktek, timbul masalah, siapakah yang mau bersedia menjadi jenazah? Sementara panitia hanya menyediakan boneka, dan rasanya itu kurang afdhol.
Dari seratus orang peserta tidak ada yang mau, begitu juga dengan panitia penyelenggara (maksudnya halaqoh kami yang berjumlah delapan orang).
Sebenarnya aku mau saja, tapi tugasku sebagai register dan fotografer tidak mungkin kutinggalkan, disaat-saat kebingungan itu, tiba-tiba Ami maju ke depan, "Biar ana saja ukh..." ujarnya mantap.
"Ok. tafadhol ukh..." aku mempersilakan.
Seolah-olah menjadi jenazah sungguhan, Ami dengan rela tubuhnya dibungkus dengan kain kafan, diikat tali dan diberi kapas. Aku segera mendokumentasikan momen-momen tersebut.

Tiba-tiba dadaku serasa berdesir, kutatap wajah Ami yang pucat pasi, aku seperti melihat Ami yang lain, Ami yang sudah tak bernyawa lagi. Secara iseng aku pegang tangannya yang masih berbalut dengan kain kafan.
Dan jantungku hampir berhenti berdetak, tangannya dingin sekali. Aku mulai berfikir yang tidak-tidak. Apakah dengan cara ini Ami meninggal? Segera kutepis pikiran tersebut, kulihat ke sekeliling, semua masih asyik menyimak penjelasan Ustadzah dalam menyampaikan materi sekaligus praktek mengurus jenazah.
Ah..., mudah-mudahan hanya perasaanku saja.

Aku bisa bernafas lega ketika usai acara, Ami menghampiriku. "Apa yang ukhti rasakan saat menjadi mayat tadi..." tak sabar kutanyakan hal itu padanya.
Dia memandangku tanpa ekspresi, bibirnya bergetar ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar hanya ucapan "Ana takut ukh..." dan tangisnya pun pecah di pelukanku.

Tiga hari berikutnya, aku ke tempat kos-kosannya, kutunjukkan foto-foto hasil jepretanku saat acara dauroh janaiz, Ami mengambil lima buah foto, itu adalah foto-foto dirinya saat ia menjadi "jenazah".
Secara refleks ia mengambil lem, kemudian ditempelkannya foto-foto tersebut di dinding kamarnya. Aku memandangnya takjub juga heran, "Agar ana selalu ingat akan mati ukh..." ucapnya seolah tahu apa yang ada dalam benakku.

Malamnya sepulang dari tempat Ami, aku tidak bisa tidur, ingat mimipi burukku tentang kematian Ami, ingat dauroh janaiz, ingat Ami yang jadi "jenazah", ingat foto-foto Ami yang ditempel di dinding, ingat kata-katanya, ingat tangisannya, ingat semuanya.
Akhirnya kuhabiskan malam itu dengan qiyamulayl, tilawah, dan doa Robithoh, ribuan doa kupersembahkan untuk Ami, saudara seperjuanganku...
Ya Allah...lindungilah ia...
selamatkanlah saudaraku...
berikan kehidupan yang terbaik untuknya...
berikanlah tempat terbaik di sisiMu nanti...

Dua hari setelah peristiwa mimipi buruk itu, aku mendengar kabar, Ami kecelakaan motor, sepulang dari rumah sakit bersama teman sekantornya.
Ami kehabisan darah sehingga langsung meninggal di tempat kecelakaan tersebut.
Inna lillahi wa inna ilayhi roji'un...

Aku hampir tak percaya saat kusaksikan Ami berlumuran darah.
Ya Allah...ternyata dengan cara ini, Engkau mengambil nyawa saudaraku...???
Apa yang kurasakan dan kupikirkan tentang kematian Ami selama ini menjadi kenyataan.

Kematian yang baik atau burukkah ia...?
Syahidkah ia...?
Ya Allah...apapun jenis kematian yang menimpa saudaraku ini, berikanlah tempat yang terbaik untuknya...

Kematian adalah rahasia Allah, di manapun dan kapanpun, kematian akan selalu mengintai kita.
Entah itu di tempat tidur ataupun di tiang gantungan...
Kita hanya berharap dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khotimah...
Motto kita "Hidup mulia atau mati syahid"

Kematian seperti apakah yang kita inginkan...???

(mengenang kematian saudara seperjuangan)

Tidak ada komentar: